Kura-kura hidung babi jauh berkurang

Kura-kura hidung babi adalah spesies unik, Populasi kura-kura hidung babi jauh berkurang di Papua New Guinea akibat lonjakan permintaan daging dan telur.

Jumlah kura-kura ini turun drastis dalam 30 tahun terakhir, kata para ilmuwan.

Reptil unik ini menjadi ikon konservasi internasional karena tidak terdapat kerabat dekatnya dan dipandang sebagai kura-kura yang paling mudah menyesuaikan diri untuk hidup di kolam dan sungai air tawar.


Tetapi permintaan akan telur dan daging binatang ini di Papua New Guinea, salah satu tempat tinggal utamanya, membuat spesies ini terlalu banyak ditangkap penduduk setempat.

Rincian penurunan ini diterbitkan jurnal ilmiah Biological Conservation.

Unik

"Kura-kura hidung babi dianggap unik dan lain dari yang lain jika dibandingkan dengan spesies kura-kura air tawar lainnya karena morfologi, ekologi dan tingkah lakunya," kata Carla Eisemberg dari Universitas Canberra Australia kepada BBC Nature.

Misalnya embrio kura-kura ini dapat menjadi jantan atau betina bergantung pada suhu daratan saat telur dieram sementara embrio yang sudah tumbuh baik dapat menunda penetasan.
Kura-kura hidung babi juga menarik perhatian ilmuwan karena keunikan posisi pada pohon keluarga kura-kura.

Spesies ini adalah satu-satunya yang bertahan hidup dari keluarga kura-kura Carettochelyidae. Tempat hidupnya terbatas karena hanya ditemukan di Australia utara dan pulau New Guinea.

Meskipun hidup di air tawar, reptil ini juga mirip dengan kura-kura laut.

"Sama seperti kura-kura laut, lengannya berbentuk dayung, tetapi tetap memiliki jari yang dapat bergerak," kata Eisemberg.

Komoditi berharga 

Dalam satu malam 23 kura-kura betina ditangkap di pulau Kikori


Para peneliti menemukan penduduk desa memanen lebih dari 95% sarang yang diamati. Kura-kura betina juga rata-rata menjadi lebih kecil. Binatang yang lebih besar diambil dari populasi yang hidup di alam. Umur harapan hidup spesies menurun. 





Tim juga menemukan lebih 160 kura-kura betina dewasa dipanen di kawasan yang diamati.

Secara umum "kami memperkirakan penurunan populasi lebih 50% sejak 1981," kata Eisemberg.

"Penurunan ini kemungkinan terjadi di banyak tempat karena spesies ini mengalami tekanan yang sama di tempat lain di Papua New Guinea," tambahnya.

"Ini adalah kura-kura yang paling banyak dieksploitasi di New Guinea karena penduduk suka memakannya. Baik kura-kura maupun telurnya dikumpulkan untuk perdagangan dan konsumsi sendiri oleh penduduk desa.

Tidak ada komentar: