Semburan Gas Beracun Pegunungan Dieng Capai 300 Meter

Semarang - Semburan gas beracun dari Kawah Timbang, Pegunungan Dieng, Kabupaten Banjarnegara,Jawa Tengah,saat ini sudah meluas ke radius 300 meter dari sebelumnya 50 meter.

Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah Teguh Dwi Paryono mengatakan, dengan kondisi itu masyarakat terus diminta kewaspadaannya.“ Memang,untuk sterilisasi masih berada pada 1 kilometer melingkar, belum ada penambahan,” ujarnya kemarin. Menurut Teguh, potensi besarnya gas beracun di Kawah Timbang tidak bisa diprediksi.

Sebab, gas tersebut diproduksi secara alami oleh alam.“Jadi, besar kecilnya gas itu,kita tidak bisa memastikan,”katanya. Teguh menambahkan, gempa tektonik yang terjadi di Banjarnegara beberapa hari lalu bisa berpotensi membuat rekahan baru di kawasan Kawah Timbang. Dari rekahan itulah dapat muncul gas beracun.“Supaya aman,kita meminta semua warga untuk sementara tinggal dulu di pengungsian,”jelasnya.

Dia mengatakan, gas beracun yang dikeluarkan tidak memiliki warna dan tidak berbau. Situasi itu yang perlu menjadi perhatian warga sekitar. “Kalau pakai masker,mungkin hanya bisa menghilangkan bau belerang yang juga muncul.Padahal, gas beracun ini tidak berbau atau berwarna namun efeknya bisa mematikan,”tegasnya.

Hingga saat ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan status Siaga (Level III) terkait aktivitas Kawah Timbang. Ini tidak lepas dari masih tingginya konsentrasi gas CO2 serta meningkatnya tekanan dalam tubuh Gunung Dieng. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jateng Aris Boediono mengaku belum bisa memastikan, apakah sejumlah sayuran yang berada di kawasan Kawah Timbang terkena radiasi.

“Kita belum lakukan pengecekan karena jarak 1 kilometer dari Kawah Timbang masih dilarang untuk dikunjungi,”jelasnya. Sementara itu, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengirimkan tim peneliti ke kawasan Dieng untuk mengukur konsentrasi gas beracun, memetakan sebaran gas berbahaya secara spasial dan temporal,serta mengetahui pengaruh sebaran gas berbahaya terhadap kondisi lingkungan.

“Tim beranggotakan lima peneliti, khususnya ahli manajemen bencana, dan akan bekerja di kawasan Dieng selama tiga hari,” kata Ketua Tim Peneliti UGM Sudibyakto di Yogyakarta kemarin. Menurut dia, tim tersebut membawa instrumentasi pengukur gas berbahaya, peta rupa bumi,GPS,citra satelit,dan instrumentasi meteorologi untuk mengetahui arah dan kecepatan angin serta pola sebarannya.

Tim juga berencana mengevaluasi dan memberikan alternatif pemecahan masalah di Dieng,antara lain pemetaan zona aman, jalur evakuasi, dan lokasi relokasi penduduk. ”UGM mempunyai pengalaman di bidang manajemen bencana dan penyusunan tata ruang wilayah rawan bencana sehingga diharapkan hasil survei itu dapat memberikan revisi tata ruang yang berbasis risiko bencana,” kata dosen Fakultas Geografi UGM itu. muh slamet/ hendrati hapsari/ant

Tidak ada komentar: