Kisah Negara Yang Tidak Punya Hutang Luar Negeri

Total hutang pemerintah Indonesia hingga Oktober 2011 mencapai Rp 1.768,04 triliun. Dalam sebulan jumlah hutang itu naik Rp 13,13 triliun dibandingkan posisi September 2011 yang sebesar Rp 1.754,91 triliun. Menggunungnya utang RI digunakan untuk menutup defisit dalam APBN. Namun ternyata ada beberapa negara yang tidak memiliki hutang luar negeri. Negara mana sajakah itu? terkurung masalah politik, negara Libya dan Korea Utara tidak memiliki hutang luar negeri dengan negara lain.

"Yang hutang pemerintahnya nol atau hampir nol persen cuma Libya dan Korea Utara. Korea Utara dan Libya dikucilkan karena masalah politik. Oleh karena dikucilkan, mereka tidak bisa berutang," ujar pengamat ekonomi Drajad Wibowo.


Namun, Drajad wibowo yakin dengan lepasnya negara Libya atas kekuasaan Muammar Khadafi maka negara tersebut akan mulai banyak berutang karena terbukanya kesempatan besar dari negara-negara lain.

"Sekarang setelah Khadafi jatuh, saya rasa Libya akan mulai banyak berhutang," ungkapnya.Drajad menyebutkan negara lain yang memiliki hutang rendah sekitar 10 persen tetapi bukan karena masalah politik adalah Rusia, Saudi Arabia dan Kuwait. Rusia, semakin kuat justru setelah lepas dari besarnya hutang negara tersebut sebelum kepemimpinan Vladimir Putin.


"Saudi dan Kuwait sangat kuat, Rusia saat ini lebih kuat daripada ketika Putin belum berkuasa dan utang masih 97 persen dari PDB. Mereka bisa lepas dari utang karena basis penerimaan negaranya kuat. Maksudnya lepas adalah dengan utang hanya sekitar 10 persen, itupun lebih sebagai "pantes2"an di pasar global. China sendiri sekarang turun terus, mungkin bisa di bawah 20 persen tahun 2011 ini," paparnya.

Drajad menyatakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap hutang, suatu negara perlu memperkuat penerimaan negaranya. "Kuncinya, basis penerimaan negara harus kuat, sehingga pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bisa dijaga tetap kuat tanpa harus menerbitkan hutang baru untuk membiayai pembangunan dan pertumbuhan," tegasnya.

Menurut Drajad, biasanya penerbitan hutang atau debet ratio sekitar 30-40 persen dari PDB suatu negara. Namun, meskipun rendah, hal ini belum menjamin peringkat hutang negara tersebut akan tinggi.

"Buktinya, AS di atas 100 persen, tapi sovereign rating nya terus-terusan AAA dan baru akhir-akhir ini diturunkan satu notch. Rating AS malah lebih bagus dari negara-negara yang rendah debet ratio-nya seperti Rusia dan China," ujarnya.

Untuk itu, Drajad menegaskan, tidak ada angka yang solid tentang berapa debet ratio yang aman karena kuncinya adalah penerimaan negara yang kuat. "Indonesia meski sudah turun ke 30 persen atau lebih rendah nantinya, tetap saja belum masuk investment grade, apalagi AAA. Jadi debet ratio bukan satu-satunya variabel yang menentukan aman atau tidak. Indonesia dengan tax ratio hanya 12 persen-an, sulit dianggap aman oleh investor meski debet rationya turun karena tax ratio 12 persen itu rentan sekali. Jadi kembali ke kuncinya tadi basis penerimaan negara harus kuat," tandasnya.

Tidak ada komentar: