Seorang ibu yang sakit dan harus minum obat, tidak boleh
bayinya lagi, itu adalah mitos yang salah. Berikut ini mitos-mitos lainnya yang bisa membuat seorang ibu stop menyusui.
Mitos-mitos di bawah ini diungkapkan oleh konsultan laktasi Melisande Neal asal Ontario, Kanada. Dia mengungkap fakta sebenarnya dari enam mitos salah berikut ini, seperti dikutip todaysparent:
1. Pengobatan
"Aku belum lama ini bicara dengan seorang ibu yang diberitahu kalau dia harus berhenti menyusui karena sedang mengonsumsi antihistamine untuk mengobati alerginya," ujar Neal. "Apa yang diberitahukan itu jelas salah karena tidak semua obat-obatan berpengaruh," tambahnya.
Neal menuturkan, hanya sedikit saja dari obat-obatan tersebut yang masuk ke bayi melalui ASI. Agar Anda tidak salah soal obat apa yang baik untuk ibu menyusui, Anda bisa menceknya lebih dulu di situs motherisk.org.
2. Kehamilan
"Aku sering mendengar kekhawatiran wanita soal menyusui saat hamil," jelas Neal. "Wanita sebenarnya tetap bisa memberi janin mereka makanan yang cukup dan tetap memproduksi ASI. Tubuh Anda memberikan perlindungan pada janin dengan secara bertahap mengurangi kuantitas produksi ASI dan beberapa bayi bisa disapih secara alami dengan cara ini," urainya.
Neal menambahkan, pada beberapa bayi lainnya, mereka tetap bisa menyusui selama kehamilan sang ibu sampai adiknya lahir. Sementara itu beberapa ibu biasanya ingin menyapih balita mereka saat tahu dirinya hamil. Ketika hal itu jadi pilihan, jangan melakukan proses menyapih terlalu cepat. Ibu masih punya waktu beberapa bulan untuk secara bertahap menyapih.
"Namun dalam beberapa kasus, menyapih itu memang perlu dilakukan. Misalnya pada wanita yang pernah melahirkan prematur atau masalah kesehatan. Dalam kasus ini ibu harus memperhatikan risikonya terhadap diri mereka, janin dan bayi," tutur Neal.
3. Saat Harus Kembali Bekerja
"Jutaan wanita bekerja dan tetap bisa tetap menyusui," jelas Neal. "Beberapa ibu malah harus bergulat dengan jadwal kerja yang padat," tambahnya.
Neal mengisahkan, dia pernah mengenal seorang ibu yang bekerja menjadi pramugari. Ibu tersebut seringkali harus pergi beberapa hari. Namun ibu itu tetap memompa ASI dan menyusui bayi saat pulang ke rumah.
Neal menekankan kembali bekerja bukanlah alasan untuk berhenti menyusui. Ia pun memberikan beberapa saran agar bisa tetap memberikan bayi ASI saat ibu harus kembali bekerja.
"Bisa jadi ibu harus sering-sering memopa ASI-nya sebelum akhirnya menyesuaikan dengan jadwal memompa yang sudah dibuat," ujarnya. "Ibu juga harus siap karena pada beberapa kondisi bayi akan tidak minum terlalu banyak ASI saat ditinggal bekerja dan mengejar ketertinggalannya saat ibu sudah pulang ke rumah," tambahnya.
4. Masalah Berat Badan
Tidak sedikit ibu yang disarankan stop memberi ASI saat bayinya terlihat kurus. Apa kata Neal?
"Beri bayi ASI selama yang dia mau. Bayi akan minum ASI sebanyak yang dia butuhkan dan Anda tidak bisa memaksa mereka minum lebih. Beberapa bayi akan tumbuh menjadi anak yang chubby sementara, beberapa bayi lain akan lebih langsing," jelasnya.
Penambahan berat badan yang pelan pada bayi ASI biasanya bisa diatasi dengan mengubah teknik menyusui. Dengan pelekatan yang benar, ibu bisa menghasilkan ASI lebih banyak dan bayi pun merasa tercukupi.
5. Sakit
Cukup banyak ibu menyusui yang khawatir jika mereka sakit, penyakit tersebut bisa menular pada bayi. Hal itu pun membuat mereka memutuskan berhenti menyusui.
Mitos di atas jelas salaj karena menurut Neal, sejak ibu menunjukkan tanda-tanda sakit, bayi sudah terkena kuman dari ibu. Namun bayi tetap mendapat perlindungan dari antibodi ibu yang masuk ke bayi melalui ASI. Jadi cara terbaik untuk melindungi bayi adalah dengan tetap memberinya ASI.
Hanya sedikit penyakit yang membuat ibu harus berhenti menyusui. Misalnya saja, saat ibu yang menderita kanker harus menjalani kemoterapi.
6. Bayi Menolak Menyusui
Masalah keenam ini bisa terjadi pada beberapa bayi yaitu nursing strike. Bayi yang mengalami masalah ini tetap menolak menyusui meski mereka lapar. Namun bukan berarti saat masalah tersebut datang Anda jadi berhenti menyusui bayi.
"Biasanya hal ini karena sesuatu yang mengesalkan terjadi saat si bayi menyusui," ujar Neal. "Solusinya, habiskan waktu untuk melakukan kontak skin to skin dengan bayi. Susui bayi saat dia tidur atau susui bayi sambil menggendongnya dan berjalan-jalan," tambahnya.
Mitos-mitos di bawah ini diungkapkan oleh konsultan laktasi Melisande Neal asal Ontario, Kanada. Dia mengungkap fakta sebenarnya dari enam mitos salah berikut ini, seperti dikutip todaysparent:
1. Pengobatan
"Aku belum lama ini bicara dengan seorang ibu yang diberitahu kalau dia harus berhenti menyusui karena sedang mengonsumsi antihistamine untuk mengobati alerginya," ujar Neal. "Apa yang diberitahukan itu jelas salah karena tidak semua obat-obatan berpengaruh," tambahnya.
Neal menuturkan, hanya sedikit saja dari obat-obatan tersebut yang masuk ke bayi melalui ASI. Agar Anda tidak salah soal obat apa yang baik untuk ibu menyusui, Anda bisa menceknya lebih dulu di situs motherisk.org.
2. Kehamilan
"Aku sering mendengar kekhawatiran wanita soal menyusui saat hamil," jelas Neal. "Wanita sebenarnya tetap bisa memberi janin mereka makanan yang cukup dan tetap memproduksi ASI. Tubuh Anda memberikan perlindungan pada janin dengan secara bertahap mengurangi kuantitas produksi ASI dan beberapa bayi bisa disapih secara alami dengan cara ini," urainya.
Neal menambahkan, pada beberapa bayi lainnya, mereka tetap bisa menyusui selama kehamilan sang ibu sampai adiknya lahir. Sementara itu beberapa ibu biasanya ingin menyapih balita mereka saat tahu dirinya hamil. Ketika hal itu jadi pilihan, jangan melakukan proses menyapih terlalu cepat. Ibu masih punya waktu beberapa bulan untuk secara bertahap menyapih.
"Namun dalam beberapa kasus, menyapih itu memang perlu dilakukan. Misalnya pada wanita yang pernah melahirkan prematur atau masalah kesehatan. Dalam kasus ini ibu harus memperhatikan risikonya terhadap diri mereka, janin dan bayi," tutur Neal.
3. Saat Harus Kembali Bekerja
"Jutaan wanita bekerja dan tetap bisa tetap menyusui," jelas Neal. "Beberapa ibu malah harus bergulat dengan jadwal kerja yang padat," tambahnya.
Neal mengisahkan, dia pernah mengenal seorang ibu yang bekerja menjadi pramugari. Ibu tersebut seringkali harus pergi beberapa hari. Namun ibu itu tetap memompa ASI dan menyusui bayi saat pulang ke rumah.
Neal menekankan kembali bekerja bukanlah alasan untuk berhenti menyusui. Ia pun memberikan beberapa saran agar bisa tetap memberikan bayi ASI saat ibu harus kembali bekerja.
"Bisa jadi ibu harus sering-sering memopa ASI-nya sebelum akhirnya menyesuaikan dengan jadwal memompa yang sudah dibuat," ujarnya. "Ibu juga harus siap karena pada beberapa kondisi bayi akan tidak minum terlalu banyak ASI saat ditinggal bekerja dan mengejar ketertinggalannya saat ibu sudah pulang ke rumah," tambahnya.
4. Masalah Berat Badan
Tidak sedikit ibu yang disarankan stop memberi ASI saat bayinya terlihat kurus. Apa kata Neal?
"Beri bayi ASI selama yang dia mau. Bayi akan minum ASI sebanyak yang dia butuhkan dan Anda tidak bisa memaksa mereka minum lebih. Beberapa bayi akan tumbuh menjadi anak yang chubby sementara, beberapa bayi lain akan lebih langsing," jelasnya.
Penambahan berat badan yang pelan pada bayi ASI biasanya bisa diatasi dengan mengubah teknik menyusui. Dengan pelekatan yang benar, ibu bisa menghasilkan ASI lebih banyak dan bayi pun merasa tercukupi.
5. Sakit
Cukup banyak ibu menyusui yang khawatir jika mereka sakit, penyakit tersebut bisa menular pada bayi. Hal itu pun membuat mereka memutuskan berhenti menyusui.
Mitos di atas jelas salaj karena menurut Neal, sejak ibu menunjukkan tanda-tanda sakit, bayi sudah terkena kuman dari ibu. Namun bayi tetap mendapat perlindungan dari antibodi ibu yang masuk ke bayi melalui ASI. Jadi cara terbaik untuk melindungi bayi adalah dengan tetap memberinya ASI.
Hanya sedikit penyakit yang membuat ibu harus berhenti menyusui. Misalnya saja, saat ibu yang menderita kanker harus menjalani kemoterapi.
6. Bayi Menolak Menyusui
Masalah keenam ini bisa terjadi pada beberapa bayi yaitu nursing strike. Bayi yang mengalami masalah ini tetap menolak menyusui meski mereka lapar. Namun bukan berarti saat masalah tersebut datang Anda jadi berhenti menyusui bayi.
"Biasanya hal ini karena sesuatu yang mengesalkan terjadi saat si bayi menyusui," ujar Neal. "Solusinya, habiskan waktu untuk melakukan kontak skin to skin dengan bayi. Susui bayi saat dia tidur atau susui bayi sambil menggendongnya dan berjalan-jalan," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar