Merokok Jaga Badan Tetap Langsing?

Perokok cenderung lebih kurus dibandingkan orang yang tidak merokok. Banyak orang tidak mau berhenti merokok karena takut gemuk. Benarkah?

Studi yang dipimpin oleh Yale University, Amerika Serikat telah menemukan bagaimana nikotin mengaktifkan neuron tertentu di bagian otak yang disebut hipotalamus. Sistem saraf inilah yang bertindak sebagai penekan nafsu makan di otak.

“Neuron ini memberitahu tubuh ketika perut sudah cukup kenyang,” kata Marina Picciotto, penulis penelitian yang merupakan Profesor Neurobiologi dan Farmakologi Yale University, seperti dikutip Health24, Selasa (14/6/2011).

"Banyak orang mengatakan, mereka tidak akan berhenti merokok karena takut berat badannya bertambah. Pada dasarnya, kami ingin membantu orang menjaga berat badan dengan membuang kebiasaan merokok dan membantu non-perokok yang sedang berjuang dengan obesitas," paparnya.

Penelitian

Peneliti melakukan pengamatannya terhadap tikus, tapi berharap bahwa hasil yang sama juga dapat diterapkan pada manusia.

Penelitian di laboratorium Marina Picciotto memelajari reseptor asetilkolin nikotinat, yang berada pada permukaan neuron, untuk melihat apakah rokok bisa menekan nafsu makan.

“Tikus yang diberi rokok cenderung nafsu makannya lebih sedikit daripada tikus yang tidak diberi rokok," tulisnya dalam studi penelitian, yang menyebabkan penyelidikan lebih luas oleh para peneliti di Carleton University, Ottawa, Kanada dan University of Hawaii.

Serangkaian penelitian menunjukkan bahwa rokok bisa mengaktifkan reseptor nikotin tertentu yang kemudian mengaktifkan bagian-bagian terkecil dari neuron di hipotalamus (disebut pro-opiomelanocortin atau sel POMC) dan menyampaikan pesan bahwa perut sudah kenyang.

Namun, reseptor ini pula yang secara mandiri memicu ketagihan nikotin pada perokok. Jadi ketika Anda merasa yakin rokok bisa menjaga berat badan, pada saat bersamaan, rokok juga membuat Anda ketagihan.

"Ini menunjukkan adalah mungkin untuk mendapatkan efek penekanan nafsu makan tanpa memicu pusat ganjaran (reward)  pada otak," kata Marina.

"Mengidentifikasi reseptor ini penting untuk memahami mekanisme yang berkaitan dengan kecanduan, berat badan, dan merokok," jelasnya soal temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Science ini.

Ia menambahkan, rokok memiliki banyak efek buruk seperti memicu kanker, serangan jantung. dan berbagai penyakit kronik lainnya. Bertambah sedikit berat badan, menurutnya, bukan hal yang perlu dikhawatirkan.

Tidak ada komentar: