Kisah Semangat Para WNI Saat Gempa & Tsunami Melanda Jepang

Gempa besar dan tsunami yang melanda Jepang tiga bulan lalu tak membuat Warga Negara Indonesia (WNI) frustasi. Sebagian bahkan ada yang memilih bertahan dan bangkit dari keterpurukan. Ada juga yang mendedikasikan dirinya untuk membantu para korban lain.

Gambaran itulah yang terjadi di beberapa daerah di Provinsi Miyagi, Jepang. Sejumlah WNI yang ikut merasakan gempa dahsyat itu tak bergeming. Meski ada ajakan untuk pulang ke Indonesia, mereka memilih tinggal dan tetap semangat berjuang.

Kasiwan, warga Indramayu, Jawa Barat, ini memilih tetap tinggal di daerah Ishinomakisi Watanoha, Miyagi, Jepang. Saat rekan-rekannya sesama anak buah kapal (ABK) pulang, dia menolak ajakan itu. Selain karena butuh pekerjaan di Jepang, semangat belajarnya juga tinggi.

"Sekarang memang nggak bisa melaut sampai 9 bulan. Tapi saya bisa belajar hal lain di sini, daripada pulang," kata Kasiwan.

Saat kejadian, Iwan, begitu ia biasa disapa mengaku sedang di luar rumah. Namun tsunami sempat meluluhlantakan sebagian rumah yang dia tumpangi. "Lantai satu kami habis sama lumpur, untungnya bangunan kita tidak roboh dan tahan gempa," ucapnya.

Lain lagi dengan Neni Ayu, wanita yang juga kelahiran Indramayu ini sudah menetap 7 tahun di Jepang dan sudah memiliki anak dari suami orang Jepang. Dia juga memilih bertahan saat bencana berlangsung, meski perasaan trauma dan takut itu masih menghantui setiap ada gempa susulan.

"Saya jadi takut sendiri kadang-kadang. Apalagi kalau ada potensi tsunami," kata Neni yang tinggal di kawasan Kuriharasi Sukidate, Miyagi ini.

Selain warga, ada juga para perawat asal Indonesia yang bertahan di negeri Sakura. Alasannya, selain karena pendidikan mereka belum selesai, ada dorongan juga untuk membantu para korban gempa.

Sedikitnya ada 10 orang perawat yang mendapat kesempatan bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono saat kunjungan di Kesennuma, Miyagi, berlangsung. Mereka adalah Jajang Rahmat Hidayat, Desi Subarkah, Nasir Sultan, Miftahudin, Siti Nur Lailiyah, Emey Wahyuni, Wihei Mariadewi, Febry Yeni, Rita Retnaningtyas, dan Yantri.

Bahkan pesan khusus diberikan oleh SBY dan Ibu Ani saat bertemu muka. Mereka diminta agar terus belajar dan menekuni ilmu keperawatan di Jepang. Nantinya, ilmu tersebut bisa dimanfaatkan untuk membantu para korban bencana Tanah Air.

"Ilmu keperawatan itu pasti sama, hanya tinggal kendala bahasa. Saya titip supaya kalian lebih rajin lagi," kata Ibu Ani.

Tidak ada komentar: