Banyaknya Keriput di Wajah Menunjukkan Risiko Patah Tulang

Munculnya keriput di wajah tak hanya berdapak pada penampilan seseorang, melainkan juga berhubungan dengan kesehatan tulang. Makin banyak keriput, tulang cenderung makin rapuh sehingga rentan mengalami cedera khususnya patah tulang.

Keriput sendiri bukanlah pemicu tulang rapuh, namun para ahli dari Yale School of Medicine mengungkap bahwa keduanya saling berhubungan. Jika benar, maka berbagai masalah tulang termasuk osteoporosis bisa diprediksi dengan lebih mudah dari banyaknya keriput di wajah.

"Kami meyakini bahwa tulang dan kulit memiliki kesamaan struktur jaringan. Hubungan antara keduanya akan lebih jelas pada wanita yang memasuki masa menopause," ungkap salah seorang peneliti, Dr Lubma Pal seperti dikutip dari HealthDay, Minggu (5/6/2011).

Menurut Dr Pal, kulit dan tulang sama-sama memilki struktur yang dibangun oleh protein bernama kolagen. Salah satu fungsi protein tersebut adalah membantu menjaga kepadatan dan kerapatan sel-sel pembentuk jaringan, baik pada kulit maupun tulang.

Apabila kadar kolagen di kulit berkurang, efeknya adalah kulit menjadi keriput dan cenderung menggelambir. Sedangkan di tulang, berkurangnya kolagen menyebabkan terjadinya pengeroposan sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr Pal dan timnya menunjukkan, pemeriksaan kolagen di kulit bisa dipakai untuk memperkirakan kepadatan jaringan di tulang. Memeriksa kulit tentu lebih mudah dan aman dibandingkan tulang, karena letaknya ada di permukaan tubuh.

Dalam penelitian tersebut, Dr Pal melibatkan 114 wanita pada usia menjelang menopause yakni antara 40-50 tahun. Sesuai data dari Arthritis Foundation, 50 persen pengeroposan tulang terjadi di sekitar masa menopause, sehingga karakter partisipan dinilai sudah cukup mewakili.

Dr Pal menggunakan alat khusus yang dinamakan durometer untuk memeriksa kolagen dan tingkat keriput pada 11 titik di wajah. Sedangkan untuk mengamati kepadatan massa tulang, Dr Pal menggunakan teknologi mutakhir yakni Dual X-Ray Absorptiometry (DEXA).