Sifat Narsis Tak Berguna Bagi Orang Dewasa, tapi Berguna Bagi Remaja

Narsis adalah kondisi seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi untuk kepentingan pribadinya dan juga rasa ingin dikagumi. Narsis berguna untuk remaja agar percaya diri, tapi kebalikannya sikap narsis tidak bermanfaat untuk orang dewasa.

Remaja yang narsis hanya dinilai sebagai remaja yang tidak ramah dan kadang dianggap sebagai hal yang wajar. Sebaliknya, orang dewasa yang narsis dianggap tidak punya hati nurani.

"Banyak orang berpikir bahwa sifat narsisisme adalah karakteristik kepribadian yang tak banyak berubah sepanjang hayat. Namun ada banyak studi baru-baru ini yang menunjukkan bahwa perkembangan narsisisme menonjol pada masa remaja, dewasa awal dan awal usia 20-an, kemudian semakin menurun setelah itu," kata Patrick Hill yang melakukan penelitian bersama Brent Roberts, profesor psikologi University of Illinois seperti dilansir esciencenews.com, Kamis (11/8/2011).

Penurunan sifat narsis ini nampaknya seiring dengan penurunan perannya dalam proses pendewasaan seseorang. Peneliti menyurvei 368 mahasiswa sarjana beserta 439 anggota keluarganya untuk mendapat gambaran ciri-ciri narsisme pada mahasiswa dan ibunya.


Dari hasil penelitian itu menemukan tiga bentuk narsisme yang berbeda:
  1. Pertama adalah meningkatnya kepemimpinan atau otoritas, yaitu keyakinan bahwa orang-orang harus datang kepadanya untuk meminta saran.
  2. Kedua adalah eksibisionisme, menjadi sombong, ingin pamer dan merasa memiliki kemampuan atau bakat yang hebat.
  3. Ketiga adalah keinginan mengeksploitasi orang lain untuk keuntungan pribadi.

Dalam kasus pertama dan kedua, terlihat remaja yang memiliki narsisme kepemimpinan dan eksibisionisme tinggi melaporkan mendapatkan kepuasan hidup dan kesejahteraan yang lebih tinggi. Namun pada ibu-ibu dengan narsisme yang sama tidak melaporkan demikian.

Sedangkan kasus ketiga, narsisme dengan ingin mengeksploitasi orang lain demi keuntungan pribadi, menghasilkan rendahnya kepuasan hidup pada setiap usia.

Secara umum, partisipan memiliki pendapat miring terhadap orang-orang yang narsis ini, khususnya ibu-ibu yang narsis. Orang narsis dipandang sebagai orang yang menyebalkan dan kurang memiliki nurani. Sebaliknya siswa yang narsis tidak dianggap menyebalkan, namun hanya dianggap tidak ramah.

"Penelitian ini meneruskan studi yang menunjukkan terdapat perubahan sifat dan makna narsisme yang dimiliki sesorang seiring bertambahnya usia," kata Roberts.

Menurut Roberts, keyakinan yang berlebihan dalam menilai kemampuan diri sendiri dapat memandu remaja dalam pencarian jati diri. Namun dalam kehidupan sehari-hari, sifat narsisme tampaknya berkaitan dengan kurangnya kepuasan hidup dan rendahnya reputasi.

Tidak ada komentar: