Awalnya Tohari (34) tidak menyadari jika dirinya mengalami penyakit yang aneh. Kulit dan badannya yang tiba-tiba terasa keras seperti kayu itu baru dia sadari seusai potong rambut di Jakarta pada 2006 lalu.
Bagaimana ceritanya? Warga Ngadiboyo, Rejoso, Kabupaten Nganjuk ini mengaku kehidupannya mulai kecil hingga dewasa tidak merasakan ada keanehan masalah tubuhnya. Namun, penyakitnya yang aneh itu diketahui ketika dirinya bekerja di ibukota Jakarta sebagai pengemudi mobil pribadi.
"Waktu itu saya pangkas rambut. Biasanya usai pangkas rambut mendapatkan service tambahan pijat di tengkuk dan pundak. Katanya (tenaga pangkas rambut), mas jangan ditahan, biasa saja mas jangan kaku-kaku. Saya jawab ini sudah biasa pak," ujar Tohari, di rumah bapak angkatnya di Jalan Nginden III Surabaya, Selasa (28/6/2011).
Setelah kejadian di pangkas rambut tersebut, Tohari berfikir kenapa tengkuk leher dan pundaknya bisa keras. Padahal, selama hidupnya, dirinya tidak pernah merasakan penyakit yang aneh itu.
"Saya pikir mungkin saya kecapekan karena bekerja sebagai sopir. Kemudian saya bawa ke ahli pijat capek, tapi hasilnya masih tetap saja mengeras," tuturnya.
Ia pun pulang ke kampung halamannya di Nganjuk Jawa Timur untuk menyelesaikan permasalahan keluarga, serta situasi di perumahan tempatnya bekerja tidak kondusif dan terjadi amuk massa.
"Memang saya masih kepikiran, tapi tidak saya bawa ke dokter. Waktu itu saya menganggapnya mungkin kecapekan," tuturnya.
Ternyata lambat laun, tubuhnya yang mengeras bagai kayu itu semakin menjalar. Dari tengku leher dan pundaknya mulai menjalar ke bagian punggung, wajah, tangan, perut, kaki, hingga ke seluruh tubuhnya menjadi mengeras.
"Wajah saya terasa tebal dan keras, saya cubit tidak bisa. Mulut juga susah ketika dibuka lebar-lebar, padahal sebelum mengalami ini ya biasa-biasa saja. Meski terasa tebal dan keras, kalau digigit nyamuk atau semut masih terasa sakit," ujarnya.
Penyakit aneh yang dialaminya ini semakin menyusahkan dirinya. Dipanggil orang dari belakang atau samping tidak bisa menoleh langsung, harus putar balik seperti robot. Makan minum juga susah, tidur pun juga susah. Tidur miring tidak bisa, karena bisa kesemutan, hanya bisa tidur dengan terlentang. Namun kedua tangannya mulai dari sikut hingga ke ujung jari tangannya tidak bisa menempel di kasur dan terangkat.
"Kalau tidur miring, tangan saya yang tertindih bisa kesemutan," katanya.
Namun, dengan keahlian yang dimilikinya, pria yang pernah bekerja sebagai buruh pabrik panci di kawasan Sidoarjo, petani, maupun kuli bangunan ini, Tohari masih mampu bekerja sebagai pengemudi mobil antar jemput anak sekolah.
"Ya bisa mengemudi, tapi hanya main kaca spion. Kalau mau atret, saya turun dan lihat ke belakang kemudian saya atret dengan melirik kaca tengah," jelasnya.
Bagaimana ceritanya? Warga Ngadiboyo, Rejoso, Kabupaten Nganjuk ini mengaku kehidupannya mulai kecil hingga dewasa tidak merasakan ada keanehan masalah tubuhnya. Namun, penyakitnya yang aneh itu diketahui ketika dirinya bekerja di ibukota Jakarta sebagai pengemudi mobil pribadi.
"Waktu itu saya pangkas rambut. Biasanya usai pangkas rambut mendapatkan service tambahan pijat di tengkuk dan pundak. Katanya (tenaga pangkas rambut), mas jangan ditahan, biasa saja mas jangan kaku-kaku. Saya jawab ini sudah biasa pak," ujar Tohari, di rumah bapak angkatnya di Jalan Nginden III Surabaya, Selasa (28/6/2011).
Setelah kejadian di pangkas rambut tersebut, Tohari berfikir kenapa tengkuk leher dan pundaknya bisa keras. Padahal, selama hidupnya, dirinya tidak pernah merasakan penyakit yang aneh itu.
"Saya pikir mungkin saya kecapekan karena bekerja sebagai sopir. Kemudian saya bawa ke ahli pijat capek, tapi hasilnya masih tetap saja mengeras," tuturnya.
Ia pun pulang ke kampung halamannya di Nganjuk Jawa Timur untuk menyelesaikan permasalahan keluarga, serta situasi di perumahan tempatnya bekerja tidak kondusif dan terjadi amuk massa.
"Memang saya masih kepikiran, tapi tidak saya bawa ke dokter. Waktu itu saya menganggapnya mungkin kecapekan," tuturnya.
Ternyata lambat laun, tubuhnya yang mengeras bagai kayu itu semakin menjalar. Dari tengku leher dan pundaknya mulai menjalar ke bagian punggung, wajah, tangan, perut, kaki, hingga ke seluruh tubuhnya menjadi mengeras.
"Wajah saya terasa tebal dan keras, saya cubit tidak bisa. Mulut juga susah ketika dibuka lebar-lebar, padahal sebelum mengalami ini ya biasa-biasa saja. Meski terasa tebal dan keras, kalau digigit nyamuk atau semut masih terasa sakit," ujarnya.
Penyakit aneh yang dialaminya ini semakin menyusahkan dirinya. Dipanggil orang dari belakang atau samping tidak bisa menoleh langsung, harus putar balik seperti robot. Makan minum juga susah, tidur pun juga susah. Tidur miring tidak bisa, karena bisa kesemutan, hanya bisa tidur dengan terlentang. Namun kedua tangannya mulai dari sikut hingga ke ujung jari tangannya tidak bisa menempel di kasur dan terangkat.
"Kalau tidur miring, tangan saya yang tertindih bisa kesemutan," katanya.
Namun, dengan keahlian yang dimilikinya, pria yang pernah bekerja sebagai buruh pabrik panci di kawasan Sidoarjo, petani, maupun kuli bangunan ini, Tohari masih mampu bekerja sebagai pengemudi mobil antar jemput anak sekolah.
"Ya bisa mengemudi, tapi hanya main kaca spion. Kalau mau atret, saya turun dan lihat ke belakang kemudian saya atret dengan melirik kaca tengah," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar