Harga Sapi Lokal Belum Stabil

Meski impor sapi dari Australia dikabarkan disetop, harga sapi lokal Gunung Kidul, Yogyakarta, belum menunjukkan peningkatan, bahkan menunjukkan proges menurun dibanding dua pekan silam mengalami penurunan cukup sinifikan mencapai 30 persen lebih.

Harga sapi indukan (betina) verietas lokal dari Rp6 juta kini turun dalam kisaran antara Rp4 juta-Rp4,5 juta. Harga sapi lokal terus menurun sejak kebijakan impor sapi dari Australia sampai sekarang dampaknya masih dirasakan oleh peternak lokal.

“Setahun lalu, sapi indukan untuk varietas kawin silang antara sapi lokal dan dari  Australia harganya mencapai Rp8 juta. Tetapi setelah dipelihara dan dijual dengan kondisi harga sekarang hanya dalam kisaran antara Rp6 juta- Rp6,5 juta,” ujar pedagang sapi di Gunung Kidul Sugiman (51), Rabu (8/6/2011).

Hingga saat ini peternak sapi di Kabupaten Gunung Kidul mengaku bingung dengan kondisi harga ternak khususnya jenis sapi yang terus merosot. Upaya  agar harganya membaik sudah dilakukan baik dengan meminta pemerintah turun tangan maupun dengan menunda menjual ternak ke pasar. Kenyataan pemerintah sendiri juga belum bisa memberikan  solusi. Justru harga terrnak sekarang ini dari ke hari mengalami penurunan. Lebih menyakitkan lagi banyak sapi-sapi impor dijual di sejumlah pasar di Gunungkidul. “Kebijakan pasar bebas terhadap jenis ternak benar-benar merugikan peternak,” imbuhnya.

Terpisah Waris (61) pedagang kambing menyatakan dibanding sapi, harga kambing relatif stabil. Untuk kambing pejantan harganya rata-rata masih dalam kisaran antara Rp900 ribu-Rp1,2 juta.
Stabilnya harga kambing ini lantaran pemerintah hanya memperbanyak impor daging sapi. Sementara kebutuhan akan daging kambing masih mengandalkan hasil budidaya lokal. Namun jika disbanding dengan tahun-tahun serbelumnya harga kambing inipun juga mengalami penurunan.

“Bahkan untuk kambing indukan harganya hanya dalam kisaran antara Rp400 ribu-Rp500 ribu,” katanya.

Harga sapi dan kambing akan diperkirakan akan semakin menurun, pasalnya pada bulan juni-juli bertepatan dengan masuknya anak sekolah. “Akan terus menurun pada bulan ini, dan bulan depan, karena banyak petani yang menjual ternak,”ujar dia.

Penurunan harga sapi juga berpengaruh terhadap penjualan daging sapi di pasar tradisional, masyarakat lebih memilih membeli sapi utuh dibandingkan membeli dagingnya. Lesunya penjualan daging sapi ini menurut beberapa pedagang dikarenakan masyarakat yang bisanya membeli dalam jumlah banyak, diantaranya untuk kebutuhan hajatan, sekarang ini lebih banyak memilih memotong sapi sendiri.

“Sekarang harga daging berkisar Rp60 ribuan ribu per kilo, sementara harga sapi Rp4 juta sudah dapat daging sekitar satu kuintal. Sehingga dengan berbagai perhitungan itu, warga memilih potong sapi dari pada membeli daging. Akibatnya, dagangan kami tidak laku," kata Hendri pedagang daging sapi.

Jika ada warga yang membeli, menurutnya hanya jumlah kecil dan untuk konsumsi keluarga sendiri. Para pedagang kini hanya mengandalkan pembeli yang selama ini sudah menjadi pelanggan diantaranya pedagang bakso ataupun soto.

Tidak ada komentar: