Cara Mudah Cegah Kanker Serviks

MESKI sudah diketahui penyebabnya, namun kanker serviks harus diwaspadai. Imunisasi menjadi alternatif penangkalnya. Deteksi dini adalah cara menangkalnya.
Skrining, salah satu cara mudah cegah kanker serviks. (Foto: Getty Images)
Skrining, salah satu cara mudah cegah kanker serviks. (Foto: Getty Images)
Tak seperti jenis kanker lain yang masih misterius penyebabnya, kanker serviks sudah diketahui penyebabnya. Kanker yang menyerang leher rahim ini disebabkan oleh human papilloma virus (HPV). Tak hanya itu, fakta-fakta tentang penyakit ini pun sudah lama terkuak. Fakta tersebut, antara lain di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal akibat kanker serviks dan setiap satu jam, satu wanita meninggal karena kanker serviks.

Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim, yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak di antara rahim (uterus dengan liang senggama wanita (vagina).

Dari sekian banyak jenis kanker, kanker serviks merupakan kanker yang diketahui penyebabnya, berbeda dengan kanker lain yang tidak diketahui penyebabnya.

Kanker serviks 99,7 persen disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organorgan lain di seluruh tubuh si penderita.

Profesor Ian Frazer, seorang Direktur Diamantina Institute yang juga pembuat vaksin HPV mengatakan bahwa HPV memiliki beragam tipe yang diperkirakan lebih dari 100 jenis.

”Namun yang mempunyai potensi menimbulkan kanker serviks adalah sekitar 20 tipe dan di antara yang tersering dan berisiko tinggi adalah tipe 16 dan 18, di mana virus tipe tersebut 80 persennya penyebab kanker serviks,” tuturnya dalam acara kunjungan ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Prof Ian menjelaskan, infeksi HPV merupakan infeksi yang umum terjadi dan tidak menimbulkan gejala sehingga seseorang yang terinfeksi virus tersebut tidak mengetahui jika dirinya terinfeksi yang bisa saja menginfeksi orang lain.

”Kebanyakan virus HPV mulai menyerang perempuan dengan usia 15 sampai 25 tahun dengan tidak meninggalkan gejala apa pun. Oleh karena itu, sebaiknya upaya preventif dilakukan dengan pemberian vaksin HPV kepada remaja perempuan sejak berusia 12 tahun dan melakukan skrining,” pesannya.

Prof Ian menyatakan, pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks melalui pap smear atau inspeksi visual asam (IVA).

Untuk masalah biaya, walaupun vaksin HPV bisa dikatakan relatif mahal, namun biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah apabila seorang wanita melakukan pencegahan ketimbang membayar biaya untuk melakukan pengobatan kanker serviks. Hingga saat ini vaksin untuk serviks ada dua jenis dan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan 0, bulan 1, dan bulan 6, sedangkan vaksin lainnya pada bulan 0, bulan 2, dan bulan 6.

Prof Ian menceritakan, berdasarkan hasil penelitian yang dia lakukan selama 15 tahun sejak 1990 dan diedarkan di seluruh dunia pada 2006, penyuntikan vaksin HPV kepada anak perempuan usia 12 tahun dipandang sebagai usia yang pantas menurut penelitiannya di Australia.

”Cara kerja vaksin HPV ini dibuat mirip dengan cara kerja virus HPV itu sendiri. Hanya saja, dalam pembentukan partikelnya tanpa ditambahkan unsur DNA di dalamnya,” jelasnya.

Masih dijelaskan Prof Ian, sekali injeksi vaksin HPV mampu menjaga kekebalan tubuh dan memberi proteksi dari ancaman HPV sampai sepuluh tahun mendatang. Vaksin ini dapat diberikan kepada perempuan yang belum aktif secara seksual dan tanpa harus melalui proses skrining terlebih dulu. Namun yang juga harus menjadi perhatian bahwa sifat kerja dari vaksin HPV ini hanyalah sebatas pencegahan, karena vaksin tidak akan efektif apabila diberikan kepada penderita yang sudah positif terinfeksi.

”Tingkat keberhasilan vaksin ini mencapai 100 persen dan terbukti bisa menangkal HPV tipe 16 dan 18 bila diberikan sejak usia 12 tahun,” papar presiden dari Cancer Council Australia ini.

Dalam kunjungannya ke Indonesia, Prof Ian juga melakukan pemutaran film dokumenter berjudul ”Terkena Kanker (Catching Cancer)”. Film ini berisi pandangan beberapa peneliti kanker asal universitas-universitas di Australia yang membahas isu terkini serta penanganan kanker di Australia, dengan durasi sekitar satu jam.

Tidak ada komentar: