Pantauan detiksurabaya.com menunjukkan, peninggalan Kerajaan Kediri di wilayah Kota
Kediri saat ini dikumpulan di Museum Airlangga yang berlokasi di sekitar Gunung
Klotok, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto. Lebih dari 100 peninggalan berupa arca,
prasasti batu tulis, jambangan dan ornamen purbakala lain ada di lokasi tersebut."Ini disini barang titipan. Yang punya ya BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Trowulan," kata Tutik, salah satu petugas jaga di Museum Airlangga.
Sayang banyaknya koleksi tak sebanding dengan luas ruangan museum, sehingga sejumlah peninggalan harus dibiarkan berada di luar ruangan. Kondisi ini mengakibatkan tumbuhnya lumut di permukaan, sehingga menjadikannya tak menarik untuk diamati.
Benda-benda purbakala di Museum Airlangga yang dibiarkan di luar ruangan diantaranya
umpak, lingga dan sejumlah arca."Ini kan gabungan yang ditemukan di (kolam pemandian) Tirtoyoso dan di sekitar Gunung Klotok, jadi jumlahnya memang sangat banyak," sambung Tutik.Kepala Sub Bagian Pemberitaan Humas Pemkot Kediri Afif Permana, terkait terjadinya
penelantaran peninggalan benda purbakala di Museum Airlangga, menyanggahnya sebagai sebuah bagian dari lay out. Sejumlah arca sengaja diletakkan di luar ruangan dengan harapan menjadikan pengunjung tak bosan saat mengunjunginya.
"Kalau nglutek di satu ruangan kan kesannya sempit, pengunjung nantinya juga pasti
akan cepat bosan," kilah Afif.Afif juga membantah munculnya lumut pada permukaan benda purbakala akan mengimbulkan kesan tak menarik, karena arca sudah selayaknya diletakkan di luar ruangan. "Di Candi Borobudur di luar nggak pakai penutup juga tidak masalah," tambahnya ketus.
Namun keputusan penelantaran peninggalan benda purbakala di Museum Airlangga sangat disayangkan oleh kalangan sejarawan. Salah satunya dosen ilmu sejarah Universitas Nusantara PGRI Kota Kediri Zainal Afandi, yang menganggapnya sebagai bentuk ketidak pedulian pemerintah terhadap peningalan benda purbakala. Pemerintah sejauh ini dinilai belum menganggap penting benda bersejarah tersebut."Mereka selalu beralasan kurang anggaran. Dan kalau saya boleh menilai, penilaian mereka intinya mengurusi yang hidup saja susah, kenapa repot mengurusi benda mati yang tidak jelas peruntukannya," tandas Zainal.
1 komentar:
wduch kug gt ...
hrus'e d'simpan biar awet .. kn anak cucu kita nanti juga pengen teu tentang sejarah ... harus d'urus dunk pak .... . . .
Posting Komentar